laporan fitokimia p6 fraksinasi secara ekstraksi cair-cair
PERCOBAAN
6
FRAKSINASI
SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR
A. TUJUAN
Mahasiswa
mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair.
B. DASAR TEORI
Fraksinasi
adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat, cair,
terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi)
komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan
pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar
sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat
biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana,
atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat
warna adalah bahan yang penting dan dapat diekstraksi dengan pelarut organik
(Adijuwana dan Nur 1989).
Metode
fraksinasi/pemisahan umumnya:
Ekstraksi
Cair-cair
Ekstraksi
cair-cair adalah metode pemisahan dengan menggunakan dua cairan pelarut yang
tidak saling bercampur, sehingga senyawa tertentu terpisahkan menurut
kesesuaian sifat dengan cairan pelarut (prinsip solve dissolve like).
Kromatografi
Kromatograsi
adalah teknik pemisahan zat dari campuran berdasarkan perbedaan migrasi
komponen-komponen tersebut dari fase diam oleh fase gerak. pemisahan ini
dilakukan berdasarkan sifat fisika-kimia umum dari molekul seperti :
kecenderungan
molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan)
kecenderungan
molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorbsi/penjerapan)
kecenderungan
molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian)
Ekstraksi
cair-cair adalah suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dengan
suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang tidak dapat saling bercampur dan
menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solute) kedalam fase yang
kedua. Pemisahan yang dapat dilakukan, bersifat sederhana, cepat dan mudah
(Basset, 1994).
Prinsip
yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada perbedaan koefisien
distribusi zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling
bercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua larutan yang saling
bercampur, berlaku hukum mengenai konsen zat terlarut dalam kedua fase pada
kesetimbangan. Peristiwa ekstraksi cair-cair atau disebut ekstraksi saja adalah
pemisahan komponen suatu campuran cair dengan mengontakkan pada cairan lain.
Sehingga disebut juga ekstraksi cair atau ekstraksi pelarut (solvent extract).
Prinsip kerjanya adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan (Sitti
hal.102).
Kromatografi
adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya
semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan
fase gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakkan relatif dari dua fasa
tersebut.
Cara-cara
kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang
dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka
cara tersebut sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai
kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zar cair atau gas maka
semua ada empat macam sistem kromatografi yaitukromatografi serapan yang
terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion,
kromatografi padat, kromatigrafi partisi dan kromatografi gas-cair serta
kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K.,dkk.,1995).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
:
- Beaker glass
- Erlenmeyer
- Corong pisah
- Gelas ukur
- Rotary evaporator
Bahan
:
- Ekstrak hasil maserasi temu kunci
- n- Heksan
- Etil asetat
- Etanol 96%
- Aquadest
- Standar pinostrobin
D. CARA KERJA
Ekstraksi Cair-Cair
Ekstrak temu kunci hasil maserasi
diencerkan menggunakan air, masukkan ekstrak ke dalam corong pisah lalu
tambahkan dengan air sebanyak 20 ml, difraksinasi berturut-turut dengan air
selama 4 kali, pada fraksi ke 2 dan ke 4 ambil sedikit sampel untuk di KLT,
jika pada fraksinasi batas tidak terlalu nampak dapat ditambahkan NaCl
secukupnya.
Identifikasi
Kromatografi lapis tipis :
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : n-heksan : etil saetat (4:1)
Cuplikan : Hasil fraksi ke 2 dan ke 4 serta ekstrak
murni
Deteksi : UV 254
E. HASIL PRAKTIKUM
Nama simplisa : Boesenbergia Pandurata
Metode ekstraksi : Fraksinasi
Jumlah pelarut : 20 ml
Jumla siklus : 4 kali
Urutan fraksinasi : ekstrak difraksinasi dengan air
20ml sebanyak 4 kali siklus, lalu hasil
fraksinasi ke 2 dan 4 diuji dengan KLT dengan pembanding ekstrak Temu kunci.
Hasil solvent KLT : solvent nomor 2 lebih pekat dari
nomor 4
Harga Rf
- Jarak pelarut : 8cm
- Jarak sampel fraksinasi 2 dan 4 : 4cm
- Jadi harga Rf sampel fraksinasi 2 dan
4 yaitu :
Harga Rf : 4cm / 8cm =
0,5 cm
Jumlah spot yang di peroleh :
Fraksi 2 = 2
Fraksi 4 = 2
Standar = 2
Jarak tempuh :
Fraksi 2 = 3.7 cm
Fraksi 4 = 3.9 cm
Standar = 3.8 cm
Harga Rf :
Fraksi 2 = 3.7 : 8 = 0.4625
Fraksi 4 = 3.9 : 8 = 0.4875
Standar = 3.8 : 8 = 0.475
F. PEMBAHASAN
Partisi ekstrak (ekstraksi
cair-cair) adalah proses pemisahan zat
terlarut di dalam dua macam zat pelarut
yang tidak saling bercampur, dengan kata
lain perbandingan konsentrasi zatterlarut dalam pelarut organik dan pelarut
air. Hal tersebutmemungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat larutdalam
air dan ada pula yang dapat terlarut dalam pelarut organik.
Pada praktikum kali ini digunakan
ekstrak hasil maserasi temu kunci
sebagai sampel uji dan air sebagai pelarut. Ekstrak difraksinasi dengan pelarut
air di dalam corong pisah, digojok dengan satu arah, fraksinasi dilakukan
sebanyak 4 kali, pada fraksinasi yang ke 2 dan ke 4 hasil fraksi diambil sedikit untuk
pengujian dengan menggunakan kromatografi lapis tipis. Dari hasil kromatografi
lapis tipis di atas jumlah spot pada fraksi 2 adalah 2, pada fraksi 4 adalah 2
dan pada sampel standar murni adalah 2, jumlah spot antara fraksi 2, fraksi 4
dengan standar masih memiliki jumlah spot yang sama, hal ini disebabkan
fraksinasi yang kurang sempurna. Pada hasil uji klt dapat dihitung harga Rfnya,
pada fraksi 2 memiliki harga Rf sebesar 0.4625, fraksi 4 sebesar 0.4875 dan
pada sampel standar sebesar 0.475.
G. KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa telah melakukan fraksinasi dengan cara ekstraksi
cair-cair, namun hasil fraksinasi
H. DAFTAR PUSTAKA
Adijuwana,
Nur M.A. 1989. Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi. Bogor: Pusat Antar
Universitas IPB.
Basset
dkk. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik (Jakarta: EGC,1994),
h. 165.
K.Hostettmann,
M Hostettman, MD, Marston A, 1995, Cara kromatografi preparatif Penggunaan pada
Isolasi Senyawa Alam, hal 10, ITB, Bandung
Sitti Chadijah.
Pemisahan Kimia, h. 102.
Komentar
Posting Komentar